Kamis, 19 Juli 2018

Geoteknik

Geoteknik -Teknik Sipil

Tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut.

Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan lempung digunakan dalam Teknik Sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan di belakang material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung dan sebagainya.

Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air, dan bahan padat. Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.

Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:
(1) Berdasarkan pandangan ahli geologi
(2) Berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni
(3)        Berdasarkan pandangan ilmu pertanian.

Ad 1. Menurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan Geologis)
Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).

Ad 2. Menurut Ahli Ilmu Alam Murni (berdasarkan pendekatan Pedologi)
Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.

Ad 3. Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi)
Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.

Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai berikut:
"Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan.

Penyelidikan Tanah

Salah satu tahapan paling awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pondasi adalah penyelidikan tanah. Uji penyelidikan tanah diperlukan untuk mengetahui daya dukung dan karateristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan tanah/sifat tanah, mengetahui kekuatan lapisan tanah dalam rangka penyelidikan tanah dasar untuk keperluan pondasi bangunan, jalan, jembatan dan lain-lain, kepadatan dan daya dukung tanah serta mengetahui sifat korosivitas tanah. Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan untuk konstruksi bangunan, selain itu dari hasil penyelidikan tanah dapat ditentukan perlakuan terhadap tanah agar daya dukung dapat mendukung konstruksi yang akan dibangun. Dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih alternatif atau jenis pondasi, kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi masih aman. Jadi penyelidikan tanah sangat penting dan mutlak dilakukan sebelum struktur itu mulai dikerjakan. Dengan mengetahui kondisi daya dukung tanah kita bisa merencanakan suatu struktur yang kokoh dan tahan gempa, yang pada akhirnya akan memberi rasa kenyamanan dan keamanan bila berada di dalam gedung. Penyelidikan tanah yang dilakukan di lapangan yaitu Sondir (DCP), pengeboran tanah, pengujian Standard Penetration Test (SPT) dan lain-lain. Dari sampel tanah yang diambil di lapangan untuk mengetahui sifat-sifat dan karakteristik tanah maka dilakukan uji laboratorium.

Karakteristik Jembatan

Karakteristik Jembatan
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan rute transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain.
Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintanganrintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang . Jalan ini yang  melintang yang tidak sebidang dan lain-lain.

BERIKUT INI BEBERAPA JENIS JEMBATAN:
1.Jembatan diatas sungai
2.Jembatan diatas saluran sungai irigasi/ drainase
3.Jembatan diatas lembah
4.Jembatan diatas jalan yang ada/viaduct

Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari :
• 1. Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures)
Konstruksi bagian atas jembatan meliputi :
•Trotoir : - Sandaran + tiang sandaran
-Peninggian trotoir / kerb
-Konstruksi trotoir
•Lantai kendaraan + perkerasan
•Balok diafragma / ikatan melintang
•Balok gelagar
•Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan)
•Perletakan (rol dan sendi)
2. Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures) Konstruksi bagian bawah jembatan meliuputi :
• 1Pangkal jembatan / abutment + pondasi 2 Pilar / pier + pondasi

Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian pokok, yaitu :

1.Bangunan atas
2.Landasan
3.Bangunan bawah
4.Pondasi
5.Oprit
6.Bangunan pengaman jembatan.

Klasifikasi Jembatan menurut kegunaannya :

1. Jembatan jalan raya (highway brigde)
2. Jembatan pejalan kaki (foot path)
3. Jembatan kereta api (railway brigde)
4. jembatan jalan air
5. jembatan militer
6. jembatan penyebrangan

Klasifikasi Jembatan menurut jenis materialnya :

1. jembatan kayu
2. jembatan baja
3. jembatan beton bertulang dan pratekan
4. jembatan komposit.

Pengertian jembatan baja :

Jembatan baja yaitu jembatan yang mayoritas bahannya dari baja.sedangkan konstruksinya dipertimbangkan pada  kebutuhan bentang,bisa berbentuk rangka bisa hanya merupakan baja propil menerus.

Kelebihan Jembatan Rangka Batang

•Gaya batang utama merupakan gaya aksial
•Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang dimungkinkan menggunakan tinggi maksimal dibandingkan dengan jembatan balok tanpa rongga.

Kelemahan Jembatan Rangka batang

Efisiensi rangka batang tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika jembatan rangka batang dibuat semakin panjang,maka ukuran dari rangka batang itu sendiri juga harus diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan sudut yang lebih besar untuk menjaga kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik dimana berat sendiri jembatan terlalu besar ,sehingga rangka batang tidak mampu lagi mendukung beban tersebut.

Keuntungan dan Kerugian memakai material besi/baja dari beton

Keuntungan
  1. Besi baja mempunyai kuat tarik dan kuat tekan yang tinggi, sehingga dengan material yang sedikit bisa memenuhi kebutuhan struktur.
  2. Keuntungan lain bisa menghemat tenaga kerja karena besi baja diproduksi di pabrikan dilapangan hanya memasang saja.
  3. Setelah selesai masa layan, besi baja bisa dibongkar dengan mudah dan dipindahkan ke tempatlain, setelah masa layan, jembatan baja bisa dengan mudah diperbaiki dari karat.
  4. Pemasangan jembatan baja di lapangan lebih cepat dibandingkan dengan jembatan beton.
Kerugian
  1. Bisa berkarat
  2. Lebih berisik jika dilewati beban seperti kereta api
Klasifikasi Jembatan menurut letak lantai jembatan :
  1. Jembatan Lantai Atas yaitu jembatan dimana posisi lantai jembatan (sebagai tempat lalu lintas kendaraan) terletak disisi atas struktur utama jembatan
  2. Jembatan Lantai Bawah yaitu jembatan dimana posisi lantai jembatan (sebagai tempat lalu lintas kendaraan) terletak disisi bawah struktur utama jembatan
  3. Jembatan Lantai Tengah yaitu jembatan dimana posisi lantai jembatan (sebagai tempat lalu lintas kendaraan) terletak disisi tengah struktur utama jembatan
  4. Jembatan Lantai Ganda yaitu jembatan dimana sisi atas dan sisi bawah dari jembatan digunakan untuk lalu lintas kendaraan. 
Jenis-jenis jembatan tergantung lebih atau kurang dalam sudut pandang yang diadopsi. Berdasarkan bahan sendiri bangunan jembatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Lengkungan jembatan (jembatan lengkung)
Kelengkungan merupakan bentuk struktur non-linear yang memiliki respon yang sangat tinggi momen lentur. Yang membedakan bentuk busur untuk membentuk - bentuk yang kedua ujungnya berbentuk posisi sendi sehingga posisi tidak memungkinkan gerakan ke arah horisontal. Jembatan lengkungan bentuk hanya dapat digunakan jika lapangan dukungan yang kuat dan stabil. Jembatan yang lebih efisien bentang panjang jembatan dengan 100 sampai 300 meter Arco jenis penggunaan.
2. Dek jembatan (bridge balok)
Jembatan balok berbentuk terdiri lebih dari satu balok beton, baja atau beton pracetak. Jenis jembatan dengan menggunakan diafragma, dan umumnya kaku menyatu dengan plat lantai, yang merupakan lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk mencakup variasi panjang 5-40 meter.

3. Jembatan kabel
Kabel-stayed jembatan dengan kabel sebagai pembawa elemen lantai lalu lintas. Ditumpu tinggal kabel di menara langsung. Jembatan kabel merupakan balok menerus dengan satu atau lebih menara dipasang pada pilar - pilar bagian dari setengah jembatan. Jembatan kabel memiliki titik pusat yang relatif rendah massa sehingga jembatan jenis ini sangat baik untuk digunakan di daerah beresiko dari gempa bumi dan digunakan untuk rentang variasi panjang 100-600 meter.

Dilihat dari struktur, sistem jembatan dapat dibagi menjadi sebagai berikut2:

1. Jembatan kayu
Jembatan kayu sederhana adalah jembatan yang memiliki panjang yang relatif singkat beban relatif ringan diterima. Meskipun penggunaan bahan baku kayu, struktur dalam perencanaan atau persiapan harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu (mekanik) gaya.

2. Jembatan Pasangan Bata
Masonry Bridge dan membangun jembatan bata terutama terbuat dari batu dan batu bata. Untuk membuat sebuah jembatan konstruksi batu dan bata pada umumnya harus membuat jembatan melengkung. Sebagai waktu pengembangan jembatan ini tidak lagi digunakan.

3. Jembatan beton bertulang beton pratekan (jembatan beton pratekan)
Jembatan beton umumnya digunakan untuk pendek rentang jembatan. Untuk umur panjang dengan waktu ia menemukan beton pratekan. Pratekan jembatan beton dengan lampu besar dapat dengan mudah dilakukan.

4. Steel Bridge
Baja jembatan umumnya digunakan untuk menjembatani umur panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Juga pratekan jembatan beton menggunakan baja banyak digunakan dan bentuknya bervariasi karena biaya bentang panjang jembatan baja lebih murah.

5. Jembatan komposit
Jembatan komposit adalah kombinasi dari dua yang sama atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari setiap bahan - masing-masing bahan tersebut, sehingga kombinasi akan menghasilkan satu set yang lebih efisien dari elemen struktur.

Dilihat oleh fungsinya, maka jembatan dapat dibedakan:

a. Jembatan jalan (jembatan jalan)
Jembatan ini diharapkan beban lalu lintas kendaraan, baik ringan dan kendaraan berat. Jembatan jalan raya yang menghubungkan jalan ke jalan lain.

b. Jembatan penyeberangan (jembatan penyeberangan)
Jembatan yang digunakan untuk menyeberang jalan. Fungsi jembatan ini adalah untuk memberikan perintah ke jalan-jalan di mana jembatan pejalan kaki dan memberikan keamanan dan pengurangan faktor kecelakaan pejalan kaki.

c. Jembatan Kereta Api (Bridge Railway)
Jembatan secara khusus dirancang untuk dilintasi kereta api. Perencanaan jembatan kereta api, jembatan clearance, kereta api sampai beban diterima oleh jembatan ditetapkan untuk melatih di jembatan.

d. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk kepentingan darurat dan biasanya dilakukan hanya bersifat sementara. Secara umum, jembatan darurat yang dibuat selama pelaksanaan jembatan baru di mana jembatan pembongkaran tua untuk dilakukan, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan baru untuk bekerja.

Struktur Beton

Struktur Beton

Beton adalah suatu struktur sederhana yang dibentuk oleh campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar ( batu pecah atau kerikil ), udara dan kadang – kadang campuran tambahan lainnya.
Karakteristik beton yang baik adalah sebagai berikut :
  1. Kepadatan
  2. Kekuatan
  3. Faktor Air Semen
  4. Tekstur
  5. Parameter parameter yang mempengaruhi kualitas beton
Komponen struktur beton diklasifikasikan atas :
  1. Slab/Plat
  2. Balok
  3. Kolom
  4. Dinding
  5. Pondasi
Lentur Pada Balok
Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban gravitasi (berarah vertikal) maupun beban-beban lain, seperti beban angin (berarah horizontal), atau juga beban karena susut dan beban karena perubahan temperatur, menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur.
Apabila bebannya bertambah, maka pada balok terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya retak lentur disepanjang bentang balok. Bila beban semakin bertambah pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya mencapai kapasitas elemen. Cara pembebanan demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur.
Berdasarkan jenis keruntuhan yang dialami – apakah akan terjadi leleh tulangan tarik ataukah hancurnya beton yang tertekan – balok dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut :
  1. Penampang balanced
  2. Penampang over-reiforced
  3. Penampang under-reinforced
Keruntuhan pada beton mendadak karena beton adalah material yang getas. Dengan demikian hampir semua peraturan perencanaan merekomendasikan perencanaan balok dengan tulangan yang bersifat under-reiforced untuk memberikan peringatan yang cukup, seperti defleksi yang berlebihan, sebelum terjadinya keruntuhan.
Pada struktur yang statis tak tentu, keruntuhan yang daktail diperlukan agar terjadi redistribusi momen. Jadi, untuk balok, peraturan ACI membatasi tulangan maksimum baja sampai 75% dari yang diperlukan pada penampang balanced.

STRUKTUR BAJA

Pengenalan Struktur Baja
Struktur baja merupakan struktur yang terbuat dari kombinasi terorganisir dari baja struktural yang diatur dan dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan arsitektur dan teknis pemakai. Jenis struktur ini banyak digunakan dalam proyek konstruksi berskala menengah dan besar (pre-engineered building) oleh kegunaan fitur baja itu sendiri.



Struktur baja meliputi sub-struktur atau bagian dalam sebuah bangunan yang terbuat dari baja struktural. Baja struktural adalah bahan konstruksi baja yang dibuat dengan bentuk dan komposisi kimia tertentu sesuai dengan spesifikasi pada proyek tersebut.
Bahan utama dari baja struktural adalah besi dan karbon. Mangan, logam campuran, dan beberapa zat kimia tertentu juga ditambahkan pada besi dan karbon untuk menambah kekuatan dan ketahanan.
Baja struktural dibuat dari canai panas maupun canai dingin atau dibuat dengan pengelasan antara plat datar atau plat tekuk, tergantung pada spesifikasi yang berlaku pada setiap proyek.
Baja struktural memiliki beberapa bentuk, ukuran dan alat ukur. Bentuk umumnya termasuk balok I, talang, dan siku.

  • I-Beam: baja dengan bentuk penampang I
  • Z-shape: salah satu baja dengan pinggiran yang berlawanan dengan pinggiran yang lain
  • HSS-shape: bagian struktural berongga dengan bentuk meliputi persegi, persegi panjang, lingkaran (pipa) dan penampang elips
  • Angle: baja dengan bentuk penampang L (siku)
  • Struktural talang: balok berbentuk C atau baja dengan bentuk penampang C
  • Tee: baja dengan bentuk penampang T
  • Profil rel: bentuk-bentuk pegangan, umumnya untuk tangga seperti : Strap rail, Flanged rail, Baulk rail, Barlow rail, Flat bottomed rail, Double-headed rail, Bullhead rail, Tangential turnouts, Grooved rail
  • Bar: potongan metal, dengan bentuk potongan adalah persegi panjang namun tidak lebar hingga berbentuk
  • Rod: batangan metal panjang dengan penampang bulat atau kotak
  • Plate: lembaran logam dengan ketebalan mulai dari 4 mm
  • Balok web terbuka
Jenis Struktur Utama
  • Truss structures: Bar or truss members
  • Frame structures: Beams and columns
  • Grids structures: latticed structure or dome
  • Arch
  • Prestressed structures
  • Beam bridge
  • Truss bridge: truss members
  • Arch bridge
  • Cable-stayed bridge
  • Suspension bridge
Kelebihan Struktur Baja
1. Hemat biaya
Produksi menjadi lebih murah, minim perawatan dibandingkan dengan metode bangunan tradisional lainnya. Selain itu, 98% dari semua struktur baja dapat didaurulang menjadi produk baja baru tanpa mengurangi fisik bahannya.
2. Pemasangan cepat
Akurasi ukuran komponen baja mempercepat proses pemasangan dan memungkinkan pemantauan menggunakan manajemen dengan perangkat lunak untuk menyelesaikan pemasangan dengan lebih cepat.
3. Kesehatan dan keselamatan
Struktur baja di produksi di pabrik dan dipasang dengan cepat di lokasi konstruksi oleh tenaga terampil menjadikan struktur baja tetap aman. Survei di bidang industri secara konsisten menunjukkan bahwa struktur baja adalah solusi paling aman.
Tidak menyebabkan pencemaran debu atau kebisingan dalam proses pemasangan struktur baja, hal ini karena pembuatannya yang dilakukan di pabrik.
4. Fleksibilitas
Aplikasi terbaru, kondisi pembebanan, ekspansi secara vertikal mudah untuk dilakukan di masa yang akan datang dan dapat diubah sesuai keinginan pemilik yang tidak dapat dilakukan oleh sistem perangkaan yang lainnya.

REKAYASA JALAN RAYA II

REKAYASA JALAN RAYA II
SEJARAH PERKERASAN JALAN.
A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.
Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak jauh dan dekat. Maka dalam membuat jalan mereka berusaha mencari jarak yang paling dekat dengan mengatasi rintangan – rintangan yang masih dapat mereka atasi. 
Misalnya : bila melewati tempat-tempat berlumpur mereka menaruh batu disana - sini agar dapat melompat-lompat diatasnya bila melewati tanjakan yang curam mereka membuat tangga-tangga.
 B. Setelah Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.

Setelah manusia mengenal hewan sebagai alat angkut, maka konstruksi jalan sudah agak maju, ialah :
Bentuk jalan yang bertangga-tangga sudah dibuat lebih mendatar. Batu-batu yang ditempatkan jarang-jarang ditempat yang jelek atau berlumpur sudah dibuat lebih rapi dan menutup rapat tempat-tempat yang jelek.

C. Setelah Manusia Mengenal Kendaraan Beroda Sebagai Alat Angkut.
Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM - abad ke 4 , telah membuat jalan dengan perkerasan ukuran tebal 3 feet — 5 feet (1,0 m — 1,7 m) dan lebarnya 35 (± 12 m). Perkerasan tersebut dibuat berlapis-lapis seperti gambar dibawah ini.

D. Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Akhir Abad Ke — 18.
a). Seorang bangsa Inggris Thomas Telford ahli jembatan Iengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan Iengkung seperti berikut ini ;
" Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan.  Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut "Sistem Telford".




b). Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 — 1836), memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan prinsip "tumpang-tindih" dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3"). Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut "Sistem Mc. Adam".

Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut masih sering dipergunakan di daerah—daerah di Indonesia dengan menggabungkannya menjadi sistem Telford-Mc Adam ialah utk bagian bawah sistem Telford dan bagian atasnya sistem Mc Adam.
 
E. Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Abad Ke — 19.
Pada abad 19 Kereta Api ditemukan mulai pada Tahun 1930, jaring­jaring rel kereta api dibuat dimana-mana, maka angkuran lewat jalan raya mulai terdesak, dengan sendirinya teknik pembuatan jalan tidak berkembang. Tetapi pada akhir abad ke - 19 kendaraan bermotor mulai banyak, sehingga menuntut jalan darat yang balk dan lancar, teknik pembuatan jalan yang baik timbul lagi.

F. Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Abad Ke - 20.
Sesudah perang dunia ke I kira-kira tahun 1920 banyak negara­ - negara mulai memperhatikan pembangunan jalan raya, karena makin banyaknya angkutan kendaraan bermotor. Persaingan antara Kereta Api dan kendaraan bermotor mulai ramai, karena masing-masing memiliki keunggulan sendiri. Untuk angkutan secara massal jarak jauh Kereta Api unggul, tetapi sebaliknya untuk angkutan jarak pendek/ dekat kendaraan bermotor lebih unggul dikarenakan kendaraan bermotor dapat melayani dari pintu ke pintu (door to door), dan bahan bakar yang dibutuhkan lebih rendah.
Disamping itu pula orang mulai membuat jalan, sehingga perkembangan pembuatan jalan menjadi menjadi lebih cepat dengan kemudahan pembuatan dan kualitas yang lebih balk. Selama perang dunia ke II untuk keperluan militer yang mendesak telah dibuat beribui-ribu kilometer jalan secara masinal sistem modern dibanyak negara. Hal ini mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai jalan raya.

Teknik Jalan Raya 1

Teknik Jalan Raya 1

Lajur tanah yang disediakan khusus untuk sarana/ prasarana perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk melayani kelancaran arus lalu lintas disebut juga dengan Jalan Raya. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain.

Lalu lintas sendiri dapat didefinisikan sebagai semua gerakan jenis pemakai jalan yang terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengangkut yang digerakan oleh manusia dan hewan. Kelancaran lalu lintas di jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya tersebut, antara lain oleh lebar jalan dan jumlah jalur. Pada keadaan sekaran ini dapat dilihat bahwa kepadatan lalu lintas menjadi semakin tinggi dan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh bagian-bagian jalan raya semakin rendah.

Klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya dapa ditetapkan jika terdapat kesesuaian antara kepadatan lalu lintas. Klasifikasi dan spesifikasi tersebut sangat berguna dan dapat memberikan kejelasan mengenai tingkat kepadatan lalu lintas yang perlu dilayani oleh setiap bagian-bagian jalan. Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dapat dibedakan menurut fungsi pelayanannya, menurut kelas jalan, menurut keadaan topografi, penggolongan layanan administrasi dan menurut jenis-jenis jalan raya.

Sistematika Penulisan Tugas Terstruktur Teknik Jalan Raya 1. Dalam penyajiannya sebagai tugas mata kuliah jalan raya I, dibahas dan dijelaskan dengan sistematika penulisan seperti berikut ini :

BAB I. PENDAHULUAN : Membahas latar belakang, tujuan penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.


BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN DAN GEOMETRIK JALAN RAYA : Membahas sejarah perkembangan jalan dan teori geometrik jalan raya.

BAB III. PEMATOKAN/ STAKE OUT Membahas bagaimana pematokan garis lurus, pematokan lengkung horisontal dan pematokan lengkung vertikal.

BAB IV. KELAYAKAN TEKNIS ALIGNMENT VERTIKAL : Menghitung panjang horisontal trase, beda tinggi titik titik trase jalan, menghitung kelandaian arah memanjang, menghitung panjang kritis jalan, menghitung interpolasi panjang kritis dari tabel kelandaian.

BAB V. KELAYAKAN TEKNIS ALIGNMENT HORISONTAL : Menghitung sudut jurusan, menghitung sudut intersection pada Point Of Intersection, pemilihan kelas jalan.

BAB VI. PERHITUNGAN ALIGNMENT HORISONTAL : Merencanakan dan menghitung lengkung horisontal yang meliputi perencanaan dan perhitungan tikungan serta pelebaran tikungan.

BAB VII. PERHITUNGAN ALIGNMENT VERTIKAL Merencanakan dan menghitung jarak pandangan yang meliputi jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap.

BAB VIII. PERHITUNGAN SALURAN SAMPING : Perencanaan dimensi saluran samping dari data curah hujan tahunan yang diperoleh.

BAB IX PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN : Perhitungan volume galian dan timbunan dengan metode cross section.

BAB X PERHITUNGAN PEMATOKAN/ STACKING OUT : Perhitungan pematokan/ stacking out dengan cara selisih busur dan absis dan orsinat.

BAB XI PENUTUP : kesimpulan dan saran.

TEKNIK GEMPA

TEKNIK GEMPA 
Studi Mekanik Gempa Bumi Dengan menggunakan Global PositioningSystem (GPS)
Dengan adanya fakta, maka langkah pemantauan potensi dan usahamitigasi bencana jelas penting sekali untuk dilakukan, sehingga diharapkanefek negatif yang dapat ditinggalkan oleh bencana tersebut dapat direduksi.Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemantauan potensi danmitigasi bencana alam gempa bumi yaitu melalui penelitian serta analisismekanisme siklus dan tahapan gempa bumi. Siklus gempa bumi (earthquakecycle) didefinisikan sebagai perulangan gempa. Satu siklus dari gempa bumiini biasanya berlangsung dalam kurun waktu puluhan sampai ratusan tahun.Dalam satu siklus gempa bumi terdapat beberapa mekanisme tahapanterjadinya gempa bumi, diantaranya yaitu tahapan interseismic, pre-seismic,co-seismic, dan post-seismic [Mori (2004), Vigny (2004), Ando (2005), Natawidjaja (2004)]Bentuk analisis siklus gempa bumi dilakukan dengan cara menelitidokumen sejarah kejadian gempa bumi, dan penelitian-penelitian geologi,geofisika seperti stratigrafi batuan, terumbu karang (coral microattols), paleo-tsunami, paleo-likuifaksi, dan lain-lain. Sementara itu bentuk analisis tahapangempa bumi dilakukan dengan cara melihat dan meneliti fenomena-fenomenayang menyertai tahapan gempa bumi seperti deformasi, seismisitas, informasi pengukuran geofisika (reseistivitas elektik, pengamatan muka dan temperatur air tanah), dan lain-lain. [Mori (2004), Vigny (2004; 2005), Ando (2005), Natawidjaja (2004)].
 
Studi Mekanisme Gempa Bumi Aceh 2004 dengan GPS.
Untuk melihat mekanisme dari gempa bumi Aceh 2004 dapatdilakukan salah satunya dengan memanfaatkan teknologi Global PositioningSystem (GPS). Data GPS dapat dengan baik melihat deformasi yangmengiringi tahapan mekanisme terjadinya Gempa Bumi. Studi mengenaitahapan mekanisme gempa ini akan sangat berguna dalam melakukan evaluasi potensi Bencana Alam gempa bumi, untuk memperbaiki upaya mitigasidimasadatang.Data GPS yang digunakan dalam penelitian mekanisme gempa Acehini diantaranya yaitu data GPS hasil dari program SEAMERGES yang telahmengumpulkan data-data GPS dari lebih 60 stasiun titik pengamatan yang berkaitan dengan pergerakan lempeng di Asia Tenggara dan data-data GPSyang berkaitan dengan gempa Aceh 2004 dan Gempa Nias 2005. Sebagiandata berupa data kontinyu, dan sebagian lagi berupa data campaign.Kemudian pada bulan Februari dan Maret 2005, ITB bekerjasama dengan Nagoya Univerisity, BPPT, LIPI, dan Universitas Syiah Kuala mengadakankerjasama penelitian Near field co-seismic dan post-seismic gempa yangterjadi di Aceh, dan Near Field co-sesimic gempa Nias dengan menggunakanteknologi GPS. Pekerjaan survai dilakukan masing-masing selama kuranglebih 10 hari dengan memantau titik-titik benchmark yang dulu di bangunoleh BPN dan BAKOSURTANAL. Selain itu pada survei lapangan juga di pasang titik-titik baru guna pemantauan pergerakan tanah di sekitar Aceh pasca gempa bumi 2004. Di bawah ini diberikan foto-foto yang diambil darikegiatan survey lapangan di daerah Lok Nga di Pantai Barat Aceh, dan Siglidi pantai Utara Aceh.
https://html2-f.scribdassets.com/kj7r55ts027fxgj/images/10-429a540e3d.jpghttps://html2-f.scribdassets.com/kj7r55ts027fxgj/images/10-429a540e3d.jpghttps://html2-f.scribdassets.com/kj7r55ts027fxgj/images/10-429a540e3d.jpghttps://html2-f.scribdassets.com/kj7r55ts027fxgj/images/10-429a540e3d.jpg
 
 9Analisis tahapan InterseismicDari hasil pengolahan data interseismic dapat disimpulkan bahwaakumulasi deformasi pada tahapan interseismic di sekitar wilayah Acehternyata cukup besar sebelum terjadinya gempa bumi di akhir tahun 2004, danapabila kita sebelumnya menyadari akan hal tersebut maka bukan tidak mungkin kita dapat melakukan bentuk mitigasi bencana yang lebih baik lagi.Kemudian apabila kita tengok hasil pemodelan block rotation (solusigeodessya 1999 dalam vigny 2005) di daerah Sumatera, kita bisa melihatindikasi deformasi yang cukup besar di daerah Sumatera bagian utara apabiladi bandingkan dengan bagian selatan-nya.
Indikasi “high” deformasi
dimungkinkan karena terdapatnya area wide coupling di sekitar zona subduksitersebut. Area wide coupling ini dimungkinkan oleh pola sudut kemiringandangkal yang menyusun zona subduksi Sumatera bagian utara. Sementara itumakin ke selatan sudut kemiringan-nya membesar.Analisis tahapan Pre-seismicPengolahan data pre-seismic signal, dilakukan dengan menggunakan dataGPS kontinyu yang terletak di daerah paling dekat dengan episenter gempa,yaitu GPS di stasiun Sampali Sumatera Utara, dan stasiun Phuket Thailand.Sinyal yang dicoba dilihat adalah sinyal pre-seismic deformasi, dankarakteristik ionosfer pada gempa Aceh 2004. Berdasarkan hasil penelitian pre-seismic signal deformasi dari gempa Aceh- 2004 ternyata tidak ditemukanadanya bentuk anomali deformasi berupa akselerasi deformasi. Hasil pengolahan data GPS daily solution di stasiun Sampali selama 15 harisebelum terjadinya gempa di Aceh tidak menunjukkan adanya akselerasideformasi. Kumpulan nilai koordinat daily solution hanya berubah dalamfraksi mili saja. Sementara itu hasil pengolahan data GPS daily solution distasiun Phuket selama 15 hari sebelum terjadinya gempa di Aceh juga tidak menunjukkan adanya akselerasi deformasi. Kumpulan nilai koordinat dailysolution di titik Phuket juga hanya berubah dalam fraksi mili saja. Berbedahalnya kalau kita lihat hasil pengolahan data 15 hari setelah gempa di titik 
https://html1-f.scribdassets.com/kj7r55ts027fxgj/images/11-24c46c04ad.jpghttps://html1-f.scribdassets.com/kj7r55ts027fxgj/images/11-24c46c04ad.jpg
 
 10Sampali dan Phuket, masing-masing dengan jelas menunjukkan sinyaldeformasi post-seismic.Analisis tahapan CoseismicBerdasarkan hasil perhitungan, besarnya co-seismic deformation akibatgempa Aceh 2004 di beberapa titik pantau near field adalah sebagai berikut:titik Banda Aceh terdeformasi 2.4 meter, titik pulau Sabang telah terdeformasi1.8 meter, Sigli mengalami deformasi 70 centimeter, titik Meulabohterdeformasi 1.9 meter dan Lok Nga terdeformasi sebesar 2.7 meter.Sementara itu co-seismic deformation di beberapa titik pantau far field adalahsebagai berikut: titik Phuket Thailand terdeformasi sebesar 27 sentimeter, titik Langkawi Malaysia terdeformasi sebesar 17 sentimeter, dan titik SampaliSumatera Utara terdeformasi 15 sentimeter.Dari hasil co-seismic deformation gempa Aceh 2004, kita kemudian membuatmodel co-seismic slip (pergeseran pada bidang sesar) dengan menggunakanformula elastic half space modeling (Okada 1999). Input parameter utamayaitu vektor co-seismic deformation, parameter sekundernya diantaranyakonstanta rigiditas, kemudian beberapa parameter untuk pendekatan model(apriori model) yaitu geometri bidang sesar (panjang dan lebar bidang sesar),serta informasi sudut kemiringan bidang sesar. Pendekatan nilai sudutkemiringan diperoleh dari plotting vertikal gempa susulan (aftershock).Informasi co-seismic slip gempa Aceh yang dibuat, dapat digunakan dalammelihat mekanisme release energi, kemudian perhitungan besar energi, sertamekanisme transfer energy (stress transfer) yang berguna dalam hal evaluasi potensi gempa.Analisis Post-SeismicPost-seismic pada gempa Aceh 2004 dimulai tepat setelah berakhirnyadeformasi elastis pada tahapan co-seismic. Nilai deformasi bertambah sebesar 4 sentimeter dalam kurun waktu 15 hari di stasiun PHKT (Phuket Thailand).Rekaman sinyal post-seismic menunjukan pola eksponensial sesuai denganhukum omori mengenai tahapan ini. Nilai deformasi di stasiun PHKT (Phuket
 11Thailand) setelah 50 hari dari waktu kejadian gempa mencapai 34 cm, dannilai ini cukup signifikan, mencapai 1.25 kali nilai deformasi yang diberikantahapan co-seismic. Sementara itu stasiun GPS yang dipasang kontinyu diUniversitas Syah Kuala Banda Aceh menunjukkan nilai deformasi post-seismic sebesar 15 sentimeter setelah 90 hari pengamatan. Deformasi post-seismic ini dapat terjadi bertahun-tahun lamanya.Seperti telah disebutkan di atas bahwa studi mengenai tahapan mekanismegempa ini akan sangat berguna dalam melakukan evaluasi potensi BencanaAlam gempa bumi, untuk memperbaiki upaya mitigasi di masa datang.Setelah melihat mekanisme fase gempa bumi di Aceh 26 Desember 2004ditambah dengan informasi penelitian siklus gempa bumi, dan penelitianlainnya, maka kita dapat melakukan evaluasi potensi gempa bumi di masayang akan datang di sekitar zona subduksi Sumatera pasca terjadinya gempa besar tersebut.
2.6. Prediksi Gempa Bumi
Prediksi dengan peralatan dan metode ilmiah* Pengetahuan tentang zona seismic dan daerah beresiko yang dipelajarilewat studi dampak historis dan lempeng tektonik * Memonitor

PONDASI

PONDASI
 Pengertian Pondasi dan Jenis-jenis Pondasi
Pengertian Pondasi yang dimaksud disini adalah suatu jenis kontruksi yang menjadi dasar dan pondasi ini berfungsi sebagai penopang bangunan yang ada di atasnya dan ini bertujuan untuk diteruskan secara bertahap dan merata ke lapisan tanah. Namun terdapat juga pengertian pondasi yang lain yang mengatakan bahwa pondasi adalah kontruksi yang telah diperhitungkan sebaik mungkin sehingga hal ini dapat menjamin keseimbangan dan kestabilan bangunan terhadap berat yang akan dibebankan pada pondasi tersebut. Setelah kita mengetahui pengertian dari pondasi tersebut, mari kita lihat Jenis-jenis Pondasi yang perlu diketahui. Mengapa hal ini begitu penting bagi Anda ? Mungkin Anda adalah seorang developer yang ingin membangun rumah atau ruko di tanah yang telah Anda beli sebagai contoh tanah kavling tentu jenis-jenis pondasi tersebut perlu Anda ketahui. Hal ini pastinya perlu menjadi pengetahuan Anda jika Anda memiliki tanah yang ingin Anda jual.
Jenis-jenis Pondasi
1. Pondasi Tiang Pancang
jenis pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang memiliki pengertian seperti biasanya dipergunakan untuk jenis-jenis tanah yang lembek, tanah yang berawa dengan jenis kondisi daya dukung tanah yang kecil. Jika Anda menjual tanah yang lembek maka konsumen harus diberi edukasi terhadap tanah tersebut. Mungkin Anda bisa merekomendasi website ini untuk menjadi bahan pengetahuan bagi konsumen Anda. Sehingga jenis ponasi tiang pancang merupakan suatu jenis kontruksi pondasi yang memiliki kekuatan untuk menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan lenturan yang menyerap.
2. Pondasi Batu Kali
jenis pondasi batu kali
Pondasi tiang batu kali merupakan jenis pondasi yang digunakan untuk jenis-jenis bangunan yang sederhana, biasanya jenis pondasi ini digunakan untuk jenis bangunan yang berlantai satu, dimana tanah tersebut merupakan jenis kondisi yang keras yang terletak sangat dekat ditambah lagi tanah tersebut susah digali karena kondisinya berbatuan.
3. Pondasi Batu Bata
jenis pondasi batu bata
Jenis Pondasi Batu Bata ini memiliki persamaan dengan jenis pondasi batu kali, dimana pondasi ini biasanya digunakan untuk jenis-jenis bangunan berlantai satu, dimana tanah yang menggunakan jenis pondasi ini adalah jenis tanah yang keras. Untuk melihat contoh jenis pondasi ini bisa dilihat gambar di bawah ini.
4. Pondasi Telapak
jenis pondasi telapak
Pondasi Telapak apa itu pondasi telapak ? Pondasi telapak merupakan pondasi yang sering digunakan untuk bangunan-bangunan yang bertingkat. Jenis pondasi telapak ini yang digunakan pada jenis-jenis bangunan yang sederhana misalnya jenis bangunan yang satu lantai. Karena jenis pondasi satu lantai bisa menggunakan jenis pondasi seperti batu kali atau batu bata.
5. Pondasi Sumuran
jenis pondasi sumuran
Pondasi sumuruan ini merupakan salah satu dari jenis pondasi yang seriing digunakan untuk jenis bangunan yang bertingkat. Jenis ini memliki kedalaman dibawah tanah lebih dari 2 meter. Pondasi sumuran ini dibuat dengan tehnik menggali tanah yang berbentuk bulat sampai ke kedalaman tanah yang keras, kemudian diisii dengan semen beton.
Sekian pembahasan tentang Pengertian Pondasi dan Jenis-jenis Pondasi yang mungkin dapat menambah pengetahuan Anda yang mudah-mudahan dapat membantu Anda membangunan tanah yang Anda jual atau yang telah Anda beli.

Mekanika Teknik Dasar

Mekanika Teknik Dasar

Pada dasarnya gaya merupakan suatu beban yang memiliki berat atau satuan. Berdasarkan bebannya gaya dibagi menjadi 2 yaitu:
  1. Beban Titik
    Beban titik merupakan gaya yang bekerja pada sebuah bidang atau tumpuan, dimana luas bidang yang terpengaruh atau dikenai relatif kecil.
    misalnya; kolom, tekanan kaki meja, roda mobil, dan lain-lain.
  2. Beban Terbagi Rata
    Beban terbagi rata merupakan gaya yang bekerja pada suatu struktur atau bidang, dimana luas permukaan beban dan bidang yang terpengaruh relatif luas.
    contoh; balok sloof, pondasi, plat, dan lainnya.
Tumpuan merupakan suatu penyangga atau penahan konstruksi sebagai sistem untuk menahan gaya-gaya luar yang bekerja pada konstruksi tersebut.
Reaksi merupakan gaya atau perlawanan yang diberikan oleh tumpuan akibat adanya gaya aksi.
Contoh Soal #1
Hitung besarnya reaksi dari tumpuan diatas:
· ∑MA = 0
-RB . 10m + P . 5m = 0
-RB . 10m + 10 ton . 5m = 0
-RB . 10m + 50tm = 0
-RB . 10m = -50tm
RB = 5ton
· ∑MB = 0
RA . 10m – P . 5m = 0
RA . 10m – 10 ton . 5m = 0
RA . 10m – 50tm = 0
RA . 10m = 50tm
RA = 5ton
Kontrol :
RA + RB = P
5 ton + 5 ton = 10 ton
10 ton = 10 ton……………….OK!
Misalnya contoh soal 2
Conto Soal #2
Hitunglah besarnya reaksi tumpuan A dan B?
Hitunglah besarnya reaksi tumpuan A dan B ?
∑H = 0
HA – P2. Cos 300 = 0
HA = P2 cos 300
HA = 1,5 . 0,866
HA = 1,299t
∑V = 0
= P1 + P2 sin 300
= 2t + 1,5 . 0,5
= 2,75 t
∑MA = 0
-RB . 8m + P1. sin 30 . 5m + P2 . 3m= 0
-RB . 8m + 1,5 t . 0,5 . 5m + 2t . 3m= 0
-RB . 8m + 3,75tm + 6tm= 0
-RB . 8m = -9,75tm
RB = 1,22ton
∑MB = 0
RA . 8m – P1 . 5m – P2. sin 30 . 3m = 0
RA . 8m – 2 t . 5m – 1,5t . 0,5 . 3m= 0
RA . 8m – 10tm – 2,25tm= 0
RA . 8m = 12,25tm
RA = 1,53ton
Kontrol : P1 + P2 . sin 300 = RA + RB
2t + 1,5 . 0,5 = 1,53 + 1,22
2,75 ton = 2,75 ton……………ok!

Teknik sungai

Teknik sungai
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Selama ini, permasalahan tentang sungai belum dianggap hal yang penting. Keberadaan sungai masih dianggap sebagai sebuah kontor alam. Sungai hanya dianggap sebagai tempat air untuk mengalir menuju tempat yang rendah. Padahal sungai memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan lingkungan khususnya terhadap pengolahan air.
Sungai berperan mengaliri air dari satu tempat ketempat lain dan juga menjag pola air agar selalu tetap pada jalurnya. Dengan demikian, air tidak mengalir kesembarang tempat yang pada akhirnya bisa menyebabkan permasalahan bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya.
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum walaupun sebenarnya seiring perkembangan jaman peran sungai mulai sedikit bergeser. Manusia mulai mampu menemukan teknologi yang mampu memberikan kemudahan bagi mereka untuk medapatkan air, sungai sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
Dibeberapa daerah atau negara sungai menjadi salah satu bagian dari sarana transportasi yang membantu kegiatan manusia. Selain dari itu sungai juga banyak dimanfaatkan sebagia tenaga pembangkit listrik. Tentunya hanya beberpa  sungai yang bisa dimanfaatkan untuk ini, inipun ditinjau dari letak yang strategis dan memenuhi syarat untuk transportasi air atau pembangkit listrik, beberapa tinjauan tersebut antara lain morfologi sungai, hidrolika sungai, hidrologi sungai maupun karakteristik sungai.
Sungai juga merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
 selain keuntungan dan manfaat sungai yang tersebut di atas sungai juga mempunyai masalah dan justru bisa menimbulkan banyak masalah. Masalah sungai Antara lain pencemaran sungai, Erosi sungai, dan sedimentasi sungai. Masalah yang bisa ditimbulkan sungai antara lain Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigeTerjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi). Pendangkalan dasar perairanPunahnya biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga airMunculnya banjir akibat salura air tersumbat sampahMenjalarnya wabah muntaber dan masih banyak lagi.
Dikawasan perkotaan, kebutuhan tempat tinggal menjadi sebuah hal yang sulit didapatkan, selain karena harga tanah yang mahal, ketersediaan lahan juga menjadi hal tersendiri disisi lain manusia dituntut untuk memiliki tempat tinggal.
Plihan yang banyak dilakukan adalah mendirikan bangunan dikawasan bantaran sungai. Hal ini dilakukan juga karena kawasan tersebut bebas dari kewajiban untuk membeli serta dianggap mudah dalam proses pendirian bangunan.
Padahal, mendirikan bangunan di bantaran sungai memiliki resiko yang sangat besar. Selain menyebabkan aliran sungai menjadi sempit, juga akan menimbulkan ancaman ketika air sungai meluap. Dari sisi estetika, keberadaan hunian dibantaran sungai cendrung menyebabkan pandanga kurang enak, karena hunian di bantaran sungai identik dengan kekumuhan dan nuansa kurang sehat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas, disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa itu karakteristik sungai,  morfologi sungai, hidrolika sungai dan hidrologi sungai?
2.      Apa saja yang bisa menimbulkan masalah sungai?
3.      Bagaimana proses permasalahan sungai?
4.      Dampak dari masalah sungai?
5.      Bagaimana mengatasi masalah sungai?
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah salah satu persyaratan untuk memenuhi mata kuliah Rekayasa Sungai dan melakuk studi mengenai Sungai dan Masalah sungai yang antara lain pembahasan dalam makalh ini :
1.      Untuk mengetahui dan mengenal lebih dekat tentang sungai mulai dari karakteristik sungai, morfologi sungai, hidrolika sungai hingga hidrologi sungai.
2.      Mengenal berbagi macam yg menimbulkan masalah sungai serta bagaimana mengatsi dan dampak dari masalah sungai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sungai
1Karakteristik Sungai
sungai didefenisikan antara lain :
·         Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh sempadan sungai (Sudaryoko,1986).Sungai adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi ketahanan hidup (Brierly, 2005).
·         Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. sedangkan PP No. 35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
·      Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa, atau ke sungai yang lain(Hamzah, 2009).
Sungai dibedakana menurut jumlah airnya yaitu sebagai berikut :
  • Sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi dan Indragiri di Sumatera.
  • Sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
  • Sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang mengalirkan airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba dan sungai Batanghari di Sumatera
  • Sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Sungai menurut genetiknya dibedakan :
  • Sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng.
  • Sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen
  • Sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen
  • Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan
  • Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen
  • Sungai andesen yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan
Sungai berdasarkan sumber airnya :
  • Sungai hujan yaitu sungai yang berasal dari air hujan, sungai ini banyak dijumpai di Pulau jawa dan kawasan Nusa Tenggara
  • Sungai gletser yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es, sungai ini banyak dijumpai di negara yang beriklim dingin seperti sungai gangga di India dan sungai phein di jerman
  • Sungai campuran yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es, dapat dijumpai di Papua contohnya Sungai Digul dan sungai Memberano.
2. Hidrolika Sungai
Jenis jenis aliran di Sungai :
  • Sungai adalah salah satu jenis saluran terbuka yang terbentuk secara alamiah oleh proses jutaan tahun.
  • Aliran-aliran yang terjadi di sungai, adalah aliran-aliran yang mengikuti kondisi atau kaidah-kaidah aliran saluran terbuka (open channel flow).
  • Aliran di sungai merupakan aliran saluran terbuka alami yang merupakan gambaran aliran riil di lapangan.
  • Beragam variabel yang akan mempengaruhi dalam kita menganalisis aliran di sungai, seperti geometri sungai, morfologi sungai, kekasaran saluran, dll.
Aliran adalah kondisi dimana berpindah tempatnya suatu fluida (zat cair dan gas) dari satu tempat ketempat lain akibat pengaruh gravitasi maupun pengaruh beda tekanan. Dalam aliran ini dimungkinkan terjadinya perubahan bentuk, volume maupun massa zat tersebut.Intinya, pada aliran terjadi pergerakan partikel-partikel fluida.
Aliran fluida dapat terbagi atas:
  1. Aliran akibat sifat-sifatnya, yaitu aliran akibat kekentalan (viskositas) dan angka Froude
  2. Aliran akibat parameter waktu dan tempat, yaitu aliran seragam (uniform) danaliran mantap (steady).
  3. Aliran berdasarkan wadah mengalirnya, yaitu aliran pipa dan aliran saluran terbuka.
  4. Aliran berdasarkan penyebab gerak, yaitu aliran bertekanan dan aliran gravitasi.
Aliran akibat kekentalan atau viskositas :
Aliran akibat kekentalan atau viskositas adalah aliran yang terjadi dengan melihat kekntalan aliran tersebut yang gambarkan melalui angka Reynols-nya.
  • Aliran Laminer, adalah aliran dengan angka Reynolds (Re) di bawah 500-2000. Biasanya dicirikan dengan lintasan partikel fluida yang mengalir lurus.
  • Aliran Turbulen, adalah alirandengan angka Reynolds (Re) berada di antara dengan angka Reynolds (Re) di atas 4000. Biasanya dicirikan dengan lintasan partikel fluida yang mulai terganggu.
  • Aliran Transisi, adalah aliran 2000-4000. Dicirikan dengan lintasan partikel fluida yang sangat terganggu/acak.

3. Morfologi Sungai
Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang:
  • Geometri (bentuk) sungai, dan
·         Perilaku sungai dengan segala aspek pembahasannya dalam dimensi ruang dan waktu
Morfologi sungai sangat menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling berkaitan. Sifat-sifat sungai ini sangat dipengaruhi oleh luas dan bentuk DAS serta kemiringan sungai. Secara umum dapat dikatan bahwa studi mengenai morfologi sungai adalah untuk mencoba menguraikan mengenai tipe-tipe raut muka (typical features) dari sungai-sungai tersebut.
Pembentukan raur muka (typical features) sungai ini, dibentuk oleh tiga dimensi yaitu:
·         Pengaruh waktu
·         Pergerakan air / aliran air yang membawa endapan (sediment) maupun puing-puing (debris atau ruins)
·         Pengaruh fenomena alam (banjir, longsoran, letusan gunung api, gempa dll)
Bentuk sungai, akibat aliran yang terjadi, terbagi atas alur:
·         Sungai lurus
·         Sungai berkelok (meander)
·         Sungai terburai (braided)
·         Sungai berpotongan (anastomosing)
                 Bentuk dasar sungai, akibat topografi DAS-nya, terbagi atas:
·         Sungai curam (steep)
·         Sungai landai (mild)
·         Sungai datar (flat)
4. Hidrologi Sungai
Beberapa pengertian pengertia tentang Hidrologi :
·         Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari masalah air
·         Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tentang seluk beluk proses kejadian, distribusi dan besaran air, serta interaksi dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan lingkungan (Chow.V.T, 1964).
·          Hidrologi Teknik,  adalah mencakup pada bagian ilmu hidrologi itu sendiri dalam penerapannya untuk perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan proyek-proyek teknik bagi pengaturan dan pemanfaatan air bagi kebutuhan manusia
                              Siklus Hidrologi adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus mengenai keberadaan air yang ada di muka bumi, namun mekanisme yang terjadi didalamnya tidak berlangsung secara terus menerus, karena proses didalamnya tergantung pada kondisi suatu geografi suatu wilayah dan waktu.
Proses-proses siklus hidrologi  (siklus kecil) adalah:
  1. Evaporasi, yaitu penguapan air permukaan (di laut, danau atau sungai) dan Transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuhan.
  2. Kondensasi (perubahan / penumpukan awan)
  3. Presipitasi (hujan)
Proses-proses siklus hidrologi  (siklus besar) adalah:
  1. Evaporasi, yaitu penguapan air permukaan (di laut, danau atau sungai) dan Transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuhan.
  2. Kondensasi (perubahan / penumpukan awan)
  3. Presipitasi (hujan)
  4. Limpasan permukaan (surface run off)
  5. Infiltrasi
  6. Perkolasi
  7. Aliran air tanah (ground water flow)




B. MASALAH SUNGAI
1. Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Dampak pencemaran sungai
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.

2.  Erosi
Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding-dinding lembah.Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
3.  pendangkalan atau sedimentasi
Secara umum, pendangkalan sungai dapat terjadi karena adanya pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti di kelokan sungai (meander), waduk atau dam, ataupun muara sungai. Partikel ini bisa berupa padatan besar, seperti sampah, ranting, dan lainnya. Namun, sumber utama partikel ini biasanya berupa partikel tanah sebagai akibat dari erosi yang berlebihan di daerah hulu sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan melarutkannya yang kemudian akan terbawa ke sungai. Proses transportasi partikel semacam ini disebut sebagai suspensi. Hasil partikel yang terbawa ini biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi di dasar sungai.


TRIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI INI...






Daftara pustaka
frengkiasharia.files.wordpress.com
kutukikuk.blogspot.com...permasalahan-sungai.html‎
Bimbie.com.htm/ilmu pengetahuan/geografi/sungai
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
Tanjung Panduwijayan  Definisi, Permasalahan dan Karakteristik Sungai di Indonesia.htm